BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Jepang
Menjajah Indonesia
Pada tanggal 14 Februari 1942, Jepang menyerang
Indonesia dan segera menguasai Sumatra Selatan. Tanggal 1 Maret dini hari,
mereka mendarat di Jawa dan dalam waktu delapan hari, Letnan Jendral Ter
Poorten, Panglima Tentara Hindia Belanda (KNIL), Menyerah atas nama seluruh
angkatan perang Sekutu di Jawa. Pendudukan bangsa Jepang atas wilayah Indonesia
sebagai negara imperialis, tidak jauh berbeda dengan negara-negara imperialisme
lainnya. Kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia berlatar belakang masalah
ekonomi, yaitu mencari daerah-daerah sebagai penghasil bahan mentah dan bahan
baku untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan mencari tempat pemasaran untuk
hasil-hasil industrinya. Sehingga aktivitas perekonomian bangsa Indonesia pada
zaman Jepang sepenuhnya dipegang oleh pemerintah Jepang.
B. Masuknya Jepang ke
Indonesia
Pada tanggal 8 Maret 1942, Jenderal Tjarda van
Starkenborgh Stachouwer (Gubernur Jenderal Belanda), Letnan Jenderal Ter
Poorten (Panglima tentara Hindia Belanda), serta pejabat tinggi militer dan
seorang penerjemah pergi ke Kalijati. Dari pihak Jepang hadir Letnan Jenderal
Imamura. Dalam pertemuan itu, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.
Dengan demikian, secara resmi masa penjajahan Belanda di Indonesia berakhir.
Jepang berkuasa di Indonesia. Bukan kemerdekaan dan kesejahteraan yang didapat
bangsa Indonesia. Situasi penjajahan tidak berubah. Hanya kini yang menjajah
Indonesia adalah Jepang.
Kedatangan Jepang pada umumnya diterima dengan
penuh semangat. Rakyat percaya bahwa Jepang datang untuk memerdekakan, dan
Jepang makin disenangi karena segera mengizinkan dikibarkannya bendera nasional
Indonesia merah putih, dan dikumandangkannya lagu kebangsaan Indonesia raya,
dua hal penting yang dulu dilarang oleh Belanda. Alasan penting kenapa
penjajahan Jepang justru diterima oleh mayoritas kaum terpelajar Indonesia
adalah karena penguasa baru itu dapat lebih meningkatkan status sosial ekonomi
orang Indonesia, hanya dengan kelayakan saja, tanpa kekerasan. Lebih-lebih
lagi, dalam waktu enam bulan sejak kedatangannya, Jepang memenjarakan semua
penduduk Belanda, sebagian besar orang Indo, dan sejumlah orang Kristen
Indonesia yang dicurigai pro-Belanda kedalam kamp-kamp konsentrasi. Jumlah
personil pemerintah militer Jepang hanya sedikit, oleh karena itu mereka
terpaksa mengambil orang-orang Indonesia untuk mengisi lowongan hampir semua
jabatan tingkat menengah, atasan bidang administrasi dan teknisi yang dulu
diduduki orang Belanda atau Indo. Jadi, hampir semua personil Indonesia dalam
bidang pemerintahan, mendapat kenaikan pangkat satu, dan bahkan sering dua atau
tiga tingkat dalam hirarki tempat mereka bekerja. Dari situlah Jepang mula-mula
memenangkan dukungan dari rakyat Indonesia. Karena alasan ini dan karena mereka
diterima dengan tangan terbuka oleh penduduk, Orang Jepang tampaknya tidak
mendapat tantangan nyata apa pun sebelumnya dari para pemimpin nasionalis.
Mereka dapat dengan mudah mengambil sumber-sumber kekayaan Indonesia demi
tujuan kepentingan perang mereka, tanpa harus mengadakan persetujuan dengan
kaum nasionalis Indonesia. Berdasarkan keyakinan ini, mereka membentuk
pergerakan tiga A pada tanggal 29 April 1942. Pada saat itu, Jepang
memperkenalkan dan memprogandakan semboyan dan semangat Jepang, yaitu “Nippon
pemimpin Asia, Nippon pelindung Asia, dan Nippon cahaya Asia”.
Pergerakan itu bertujuan mengumpulkan dukungan
untuk tujuan perang Jepang dan kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Jepang
terlalu dini untuk percaya bahwa mereka tidak perlu menggarap nasionalisme
Indonesia untuk mencapai tujuan-tujuannya lebih lanjut, karena kenyataannya
orang Indonesia yang mereka pilih untuk memimpin pergerakan tersebut adalah Mr.
Raden Samsoedin, jelas bukan seoang pemimpin nasionalis eselon pertama. Orang
Jepang segera menyadari kekeliruan perkiraan ini. Meskipun propagandanya hebat,
Pergerakan Tiga A sebenarnya sangat melempem (gagal). Ternyata kemakmuran
ekonomi Indonesia dinomorduakan dibawah kepentingan Jepang, tanpa suatu imbalan
yang memadai bagi Indonesia. Nusantara dikuras habis bahkan makanannya, minyak
dan kinanya, sementara barang-barang pokok yang sangat diperlukan seperti
barang sandang dan onderdil-onderdil tidak masuk lagi. Jepang mengawasi
kurikulum sekolah secara kasar dengan tangan besi. Mereka memaksakan bahasa
Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda di sekolah-sekolah menengah atas, dan
sebagai bahasa resmi dikalangan pemerintah. Ini semua menimbulkan reaksi-reaksi
negatif yang tajam.
Yang lebih penting dan lebih meresap dihati
hampir seluruh penduduk Indonesia adalah antagonisme yang tajam yang diciptakan
oleh kekerasan yang keterlaluan, serta kekurangajaran yang sering ditunjukan
oleh orang Jepang dalam pergaulan dengan orang Indonesia. Dalam waktu beberapa
bulan saja, Jepang mulai menyadari bahwa mereka tidak lagi mendapat dukungan
dari massa maupun mayoritas orang Indonesia terpelajar. Suatu rasa tidak senang
terhadap Jepang terus tumbuh di kalangan rakyat mulai nyata dan ditunjukkan
dengan mendadakan pemberontakan sebelum tahun 1942 berakhir. Jepang mulai
khawatir pada permusuhan yang jelas serta perlawananan yang kadang oleh pelajar
sekolah dan mamhasiswa. Mereka cemas terutama setelah mengetahui bahwa dibentuk
organisasi-oraganisasi bawah tanah yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa ini
maupun para pemimpin politik.
Mereka mulai memahami bahwa pergerakan
kebangsaan Indonesia adalah suatu kekuatan yang nyata dan kuat, dengan apa
harus dicapai suatu cara penyelesaian tertentu, jika mereka menghendaki
tercapainya tujuan-tujuan penjajahan yang minim sekalipun. Menyadari hal ini,
Jepang mengubah kebijakan politiknya secara radikal. Pertama-tama mereka
mengalihkan perhatian kepada para pemimpin nasionalis, yang mereka yakini bahwa
pemimpin tersbut benar-benar disukai rakyat.
C. Tujuan Jepang Menjajah
Indonesia
· Menjadikan
Indonesia sebagai daerah penghasil dan penyuplai bahan mentah dan bahan baker
bagi kepentingan industri Jepang.
· Menjadikan
Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil industri Jepang. Indonesia dijadikan
tempat pemasaran hasil industri Jepang karena jumlah penduduk Indonesia sangat
banyak.
· Menjadikan
Indonesia sebagai tempat untuk mendapatkan tenaga buruh yang banyak dengan upah
yang relatif murah.
Dengan tujuan tersebut maka Jepang harus mampu
membungkus tujuan yang jelas-jelas merugikan bangsa Indonesia dengan berbagai
propaganda agar diterima oleh bangsa Indonesia. Propaganda Jepang yang cukup
menarik simpati rakyat Indonesia adalah sebagai berikut :
· Jepang
adalah “saudara tua” bagi bangsabangsa di Asia dan berjanji membebaskan Asia
dari penindasan bangsa Barat.
· Jepang
memperkenalkan semboyan “Gerakan Tiga A”: Jepang Pemimpin Asia, Jepang
Pelindung Asia, dan Jepang Cahaya Asia.
· Jepang
menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia, seperti janji menunaikan ibadah
haji, menjual barang dengan harga murah.
· Jepang
memperkenankan pengibaran bendera merah putih bersama bendera Jepang Hinomaru.
· Rakyat
Indonesia boleh menyanyikan lagu “Indonesia Raya” bersama lagu kebangsaan
Jepang “Kimigayo”.
· Pada
zaman Jepang Indonesia diperintah oleh tiga pemerintahan militer. Struktur
pemerintahan militer Jepang itu adalah sebagai berikut.
· Pemerintahan
militer Angkatan Darat (Tentara Keduapuluh lima) untuk Sumatera dengan pusatnya
di Bukittinggi.
· Pemerintahan
militer Angkatan Darat (Tentara Keenambelas) untuk Jawa-Madura dengan pusatnya
di Jakarta.
· Pemerintahan
militer Angkatan Laut (Armada Selatan Kedua) untuk daerah Sulawesi, Kalimantan,
dan Maluku dengan pusatnya di Makasar.
D. Kebijakan – Kebijakan yang
Dibuat oleh Jepang
1. Sistem
Pemerintahan
Jepang di Indonesia menegakkan pemerintahan
militer yang diperintah oleh Angkatan Darat dan Angkatan Laut.
2. Mendirikan
beberapa organisasi dan perkumpulan.
Organisasi dan perkumpulan yang didirikan
pemerintah Jepang di antaranya adalah : Gerakan Tiga A, Putera, Jawa Hokokai,
MIAI dan Masyumi.
· Gerakan
Tiga A Gerakan Tiga A didirikan pada bulan April 1942. Kantor propaganda
Jepang mendirikan Gerakan ini dengan semboyannya: Nippon Pemimpin Asia, Nippon
Pelindung Asia, dan Nippon Cahaya Asia.
· Pusat
Tenaga Rakyat (Putera) dibentuk untuk mengganti Gerakan Tiga A. Gerakan
yang didirikan pada tanggal 1 Maret 1943 ini dipimpin oleh empat serangkai,
yakni ( Soekarno, Mohammad Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar
Dewantara.) Bagi Jepang, Putera dibentuk dengan tujuan untuk memusatkan seluruh
kekuatan masyarakat demi membantu usaha Jepang.
· Jawa
Hokokai Pada tahun 1944, Panglima Tentara Jepang di Jawa menyatakan
berdirinya Jawa Hokokai (Gerakan Kebaktian Jawa). Organisasi ini dibentuk
karena semakin menghebatnya perang di Asia dan Pasifik. Kebaktian itu memiliki
tiga dasar, yaitu: mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan
melaksanakan tugas untuk Jepang.
· MIAI adalah
singkatan dari Majelis Islam A’la Indonesia. MIAI secara resmi didirikan pada
tahun 1937 di Surabaya. Pemimpin MIAI pertama adalah K.H. Mas Mansyur dan
Wondoamiseno.
3. Pengerahan
pemuda
Jepang menyadari perlunya bantuan penduduk
setempat dalam rangka mempertahankan kedudukannya di kawasan Asia. Pada bulan
April 1943, pemerintah militer Jepang secara intensif mulai mengorganisir
barisan pemuda. Barisan pemuda ini berciri semi militer maupun militer. Tujuan
Jepang adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar mampu mempertahankan
tanah air Indonesia dari serangan pasukan Sekutu. Berbagai barisan pemuda yang
berbentuk semi militer, antara lain Seinendan, Fujinkai, dan Keibodan.
· Seinendan
: adalah organisasi barisan pemuda yang dibentuk tanggal 9 Maret 1943.
Tujuannya adalah mendidik dan melatih para pemuda agar dapat mempertahankan
tanah airnya dengan kekuatan sendiri.
· Fujinkai
: Organisasi ini menghimpun kaum wanita untuk diberi latihan-latihan
militer.
· Keibodan adalah
organisasi barisan pembantu polisi.
· Organisasi
militer bentukan Jepang, yang termasuk ke dalam organisasi militer bentukan
Jepang adalah Heiho dan Peta.
· Heiho adalah
organisasi prajurit pembantu Jepang. Heiho dibentuk pada bulan April 1943.
Organisasi ini memberi kesempatan kepada pemuda Indonesia untuk menjadi
prajurit Jepang (baik angkatan darat maupun angkatan laut).
· PETA (Pembela
Tanah Air) didirikan pada tanggal 3 Oktober 1945. Pembentukan PETA ini juga
sesuai dengan tuntutan perang yang semakin mendesak.
4. Pengerahan
tenaga kerja
Jepang juga membutuhkan bantuan tenaga untuk
membangun sarana pendukung perang, antara lain kubu pertahanan, jalan raya, rel
kereta api, jembatan, dan lapangan udara. Oleh karena itu, Jepang membutuhkan
banyak tenaga kerja. Pengerahan tenaga kerja itu disebut romusha.
5. Eksploitasi
sumber kekayaan
yang dilakukan pemerintah pendudukan Jepang
adalah:
- menyita
perkebunan-perkebunan milik Belanda dan berbagai fasilitas vital lainnya,
seperti perusahaan listrik, telekomunikasi, transportasi, dan lain-lain.
- rakyat
dipaksa untuk bekerja di perkebunan yang memberikan hasil bumi menguntungkan
demi membiayai perang.
- Rakyat
juga diwajibkan menyetor padi, jagung, dan ternak dalam jumlah besar, demi
memenuhi kebutuhan logistik di medan perang.
- Menanam
pohon jarak untuk diambil minyaknya dan diproduksi sebagai pelumas mesin-mesin
perang.
E. Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Jepang
·
Peristiwa Cot Plieng, Aceh 10 November 1942
Pemberontakan dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru
mengaji di Cot Plieng, Lhokseumawe. Usaha Jepang untuk membujuk sang
ulama tidak berhasil, sehingga Jepang melakukan serangan mendadak di pagi buta
sewaktu rakyat sedang melaksanakan salat Subuh. Dengan persenjataan
sederhana/seadanya rakyat berusaha menahan serangan dan berhasil memukul mundur
pasukan Jepang untuk kembali ke Lhokseumawe. Begitu juga dengan serangan kedua,
berhasil digagalkan oleh rakyat. Baru pada serangan terakhir (ketiga) Jepang
berhasil membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan (Teuku Abdul Jalil)
berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh, namun akhirnya tertembak saat
sedang salat.
·
Peristiwa Singaparna
Perlawanan fisik ini terjadi di pesantren Sukamanah Singaparna Tasikmalaya,
Jawa Barat di bawah pimpinan KH. Zainal
Mustafa, tahun 1943. Beliau menolak dengan tegas ajaran yang berbau
Jepang, khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei setiap pagi, yaitu memberi
penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah
matahari terbit. Kewajiban Seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam
Indonesia karena termasuk perbuatan syirik/menyekutukan Tuhan. Selain itu
beliaupun tidak tahan melihat penderitaan rakyat akibat tanam paksa.
Saat utusan Jepang akan menangkap, KH. Zainal Mustafa telah mempersiapkan
para santrinya yang telah dibekali ilmu beladiri untuk mengepung dan mengeroyok
tentara Jepang, yang akhirnya mundur ke Tasikmalaya.
Jepang memutuskan untuk menggunakan kekerasan sebagai upaya untuk
mengakhiri pembangkangan ulama tersebut. Pada tanggal 25 Februari 1944,
terjadilah pertempuran sengit antara rakyat dengan pasukan Jepang setelah salat
Jumat. Meskipun berbagai upaya perlawanan telah dilakukan, namun KH. Zainal
Mustafa berhasil juga ditangkap dan dibawa ke Tasikmalaya kemudian
dibawa ke Jakarta untuk
menerima hukuman mati dan dimakamkan di Ancol.
·
Peristiwa Indramayu, April 1944
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan
kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja
paksa/Romusha yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawan di desa
Karang Ampel, Sindang, Kabupaten Indramayu. Pasukan Jepang sengaja bertindak
kejam terhadap rakyat di kedua wilayah (Lohbener dan Sindang) agar daerah lain
tidak ikut memberontak setelah mengetahi kekejaman yang dilakukan pada setiap
pemberontakan.
·
Pemberontakan Teuku Hamid
Teuku Hamid adalah seorang perwira Giyugun,
bersama dengan satu pleton pasukannya melarikan diri ke hutan untuk melakukan
perlawanan. Ini terjadi pada bulan November 1944.
Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman akan
membunuh para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah. Kondisi tersebut
memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah, sehingga akhirnya dapat
ditumpas.
Di daerah Aceh lainnya
timbul pula upaya perlawanan rakyat seperti di Kabupaten Berenaih yang dipimpin
oleh kepala kampung dan dibantu oleh satu regu Giyugun (perwira
tentara sukarela), namun semua berakhir dengan kondisi yang sama yakni berhasil
ditumpas oleh kekuatan militer Jepang dengan sangat kejam.
·
Pemberontakan Peta
· Perlawanan PETA
di Blitar (29
Februari 1945)
Perlawanan
ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr. Ismail. Perlawanan ini
disebabkan karena persoalan pengumpulan padi, Romusha maupun Heiho yang
dilakukan secara paksa dan di luar batas perikemanusiaan. Sebagai putera rakyat
para pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat. Di samping itu sikap para
pelatih militer Jepang yang angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit Indonesia.
Perlawanan PETA di Blitar merupakan perlawanan yang terbesar di Jawa. Tetapi
dengan tipu muslihat Jepang melalui Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang),
pasukan PETA berhasil ditipu dengan pura-pura diajak berunding. Empat perwira
PETA dihukum mati dan tiga lainnya disiksa sampai mati. Sedangkan Syodanco
Supriyadi berhasil meloloskan diri.
·
Perlawanan Koreri di Biakdi Irian Barat tahun 1943
Perlawanan ini dipimpin oleh L. Rumkorem, pimpinan
Gerakan Koreri yang berpusat di Biak. Perlawanan ini dilatarbelakangi
oleh penderitaan rakyat yang diperlakukan sebagai budak belian, dipukuli, dan
dianiaya. Dalam perlawanan tersebut rakyat banyak jatuh korban, tetapi rakyat
melawan dengan gigih. Akhirnya Jepang meninggalkan Pulau Biak.
·
Perlawanan di Pulau Yapen Selatan
Perlawanan ini dipimpin oleh Nimrod. Ketika Sekutu sudah mendekat maka
memberi bantuan senjata kepada pejuang sehingga perlawanan semakin seru. Nimrod
dihukum pancung oleh Jepang untuk menakut-nakuti rakyat. Tetapi rakyat tidak
takut dan muncullah seorang pemimpin gerilya yakni S. Papare.
·
Perlawanan di Tanah Besar Papua
Perlawanan ini dipimpin oleh Simson. Dalam perlawanan rakyat di Papua,
terjadi hubungan kerja sama antara gerilyawan dengan pasukan penyusup Sekutu
sehingga rakyat mendapatkan modal senjata dari Sekutu.
·
Gerakan bawah tanah
Sebenarnya bentuk perlawanan terhadap pemerintah Jepang yang dilakukan
rakyat Indonesia tidak hanya terbatas pada bentuk perlawanan fisik saja tetapi
Anda dapat pula melihat betnuk perlawanan lain/gerakan bawah tanah seperti yang
dilakukan oleh:
· Kelompok Sutan Syahrir di
daerah Jakarta dan Jawa Barat dengan cara menyamar sebagai pedagang nanas di
Sindanglaya.
· Kelompok Sukarni, Adam Malik dan
Pandu Wiguna. Mereka berhasil menyusup sebagai pegawai kantor pusat propaganda
Jepang Sendenbu (sekarang kantor berita Antara).
·
Kelompok Syarif Thayeb, Eri Sudewo dan Chairul Saleh.
Mereka adalah kelompok mahasiswa dan pelajar.
·
Kelompok Mr. Achmad Subardjo, Sudiro dan Wikana. Mereka
adalah kelompok gerakan Kaigun (AL) Jepang.
Mereka yang tergabung dalam kelompok di bawah tanah, berusaha untuk
mencari informasi dan peluang untuk bisa melihat kelemahan pasukan militer
Jepang dan usaha mereka akan dapat Anda lihat hasilnya pada saat Jepang telah
kalah dari Sekutu, kelompok pemudalah yang lebih cepat dapat informasi tersebut
serta merekalah yang akhirnya mendesak golongan tua untuk secepatnya melakukn
proklamasi.
Demikianlah
gambaran tentang aktifitas pergerakan Nasional yang dilakukan oleh kelompok
organisasi maupun gerakan sosial pada masa pemerintah pendudukan Jepang, tentu
Anda dapat memahami sebab-sebab kegagalan dan mengapa para tokoh pergerakan
lebih memilih sikap kooperatif menghadapi pemerintahan militer Jepang yang
sangat ganas/kejam.
F. Periode
Menjelang Kemerdekaan RI
Ø
Pada 6 Agustus 1945, 2 bom atom
dijatuhkan ke dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika
Serikat. Ini menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan
sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya.
Ø
7 Agustus -
BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia).
Ø
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta
dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan
ke Vietnam untuk
bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa
pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan
Indonesia pada 24 Agustus.
Ø
Sementara itu,
di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat
radio pada tanggal 10 Agustus 1945, bahwa Jepang telah
menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan
kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah
Jepang. Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air pada
tanggal 14 Agustus 1945, Syahrir mendesak
agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun Soekarno belum yakin
bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu
dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat
fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.
Ø
15 Agustus -
Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di
Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di
Indonesia ke tangan Belanda.
Ø
Para pemuda
pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan
bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945 mereka menculik
Soekarno dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal
sebagai peristiwa Rengasdengklok. Di sini, mereka
kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah
siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.
o
Malam harinya,
Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Jenderal Moichiro
Yamamoto dan bermalam di kediaman Laksamana Muda Maeda Tadashi.
Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini,
Soekarno dan Hatta menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan
tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan.
Ø
Mengetahui bahwa
proklamasi tanpa pertumbahan darah telah tidak mungkin lagi, Soekarno, Hatta
dan anggota PPKI lainnya
malam itu juga rapat dan menyiapkan teks Proklamasi yang
kemudian dibacakan pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945.
o
Tentara Pembela Tanah Air,
kelompok muda radikal, dan rakyat Jakarta mengorganisasi pertahanan di kediaman
Soekarno. Selebaran kemudian dibagi-bagikan berisi tentang pengumuman
proklamasi kemerdekaan. Adam Malik juga mengirim pesan singkat pengumuman
Proklamasi ke luar negeri.
o
G. Pasca
Kemerdekaan RI
o
Rapat
kedua KNIP yang diketuai oleh sutan Syahrir pada tanggal 25- 26 November 1945
o
18 Agustus -
PPKI membentuk sebuah pemerintahan sementara dengan Soekarno sebagai Presiden
dan Hatta sebagai Wakil Presiden. Piagam Jakarta yang memasukkan kata
"Islam" di dalam sila Pancasila, dihilangkan dari mukadimah
konstitusi yang baru.
o
Republik
Indonesia yang baru lahir ini terdiri 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil.
o
Pada 22 Agustus Jepang
mengumumkan mereka menyerah di depan umum di Jakarta. Jepang melucuti senjata
mereka dan membubarkan PETA Dan Heiho. Banyak anggota kelompok ini yang belum
mendengar tentang kemerdekaan.
o
23 Agustus -
Soekarno mengirimkan pesan radio pertama ke seluruh negeri Indonesia. Badan Keamanan Rakyat, angkatan bersenjata
Indonesia yang pertama mulai dibentuk dari bekas anggota PETA dan Heiho.
Beberapa hari sebelumnya, beberapa batalion PETA telah diberitahu untuk
membubarkan diri.
o
29 Agustus -
Rancangan konstitusi bentukan PPKI yang telah diumumkan pada 18 Agustus,
ditetapkan sebagai UUD 45. Soekarno dan Hatta secara resmi diangkat menjadi
Presiden dan Wakil Presiden. PPKI kemudian berubah nama menjadi KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat).
KNIP ini adalah lembaga sementara yang bertugas sampai pemilu dilaksanakan.
Pemerintahan Republik Indonesia yang baru, Kabinet Presidensial, mulai bertugas pada 31 Agustus.
o
H. Dampak
Pendudukan Jepang dalam Berbagai Aspek Kehidupan Bangsa Indonesia
Ø
Aspek Politik
o
Kebijakan
pertama yang dilakukan Dai Nippon (pemerintah militer Jepang) adalah melarang
semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal 20 Maret 1942, dikeluarkan
peraturan yang membubarkan semua organisasi politik dan semua bentuk
perkumpulan. Pada tanggal 8 September 1942 dikeluarkan UU
no. 2 Jepang mengendalikan seluruh organisasi nasional.
o
Selain itu,
Jepangpun melakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia dengan
cara:
Ø
Menganggap
Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (Hakko Ichiu)
Ø
Melancarkan
semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung Asia)
Ø
Melancarkan
simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar.
Ø
Menarik simpati
umat Islam untuk pergi Haji
Ø
Menarik simpati
organisasi Islam MIAI.
Ø
Melancarkan
politik dumping
Ø
Mengajak untuk
bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta
serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan
Belanda.
o
Selain
propaganda, Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata berupa pembentukan
badan-badan kerjasama seperti berikut:
Ø
Putera (Pusat
Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum Nasionalis sekuler dan intelektual
agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk mengabdi kepada Jepang.
Ø
Jawa Hokokai
(Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi sentral dan terdiri dari
berbagai macam profesi (dokter, pendidik, kebaktian wanita pusat dan
perusahaan).
o
Penerapan sistem
Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan perang).
Sistem ini diterapkan di setiap wilayah ekonomi. Contoh Jawa menjadi 17 daerah,
Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu (daerah yang diperintah Angkatan Laut) 3
daerah. Setelah penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang di Kalijati
maka seluruh daerah Hindia Belanda menjadi 3 daerah pemerintahan militer:
Ø
Daerah bagian
tengan meliputi Jawa dan Madura dikuasai
oleh tentara keenambelas denagn kantor pusat di Batavia (Jakarta).
Ø
Daerah bagian
Barat meliputi Sumatera dengan kantor pusat di Bukittinggi dikuasai
oleh tentara keduapuluhlima.
Ø
Daerah bagian
Timur meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusantara, Maluku dan Irian Jaya dibawah
kekuasaan armada selatan kedua dengan pusatnya di Makassar.
o
Selain kebijakan
politik di atas, pemerintah Militer Jepang juga melakukan perubahan dalam
birokrasi pemerintahan, diantaranya adalah pembentukan organisasi pemerintahan
di tingkat pusat dengan membentuk Departemen dan pembentukan Cou Sang In/dewan
penasehat. Untuk mempermudah pengawasan dibentuk tiga pemerintahan militer
yakni:
Ø
Pembentukan
Angkatan Darat/Gunseibu, membawahi Jawa dan Madura dengan Batavia sebagai pusat
dan dikenal dengan tentara ke enam belas dipimpin oleh Hitoshi Imamura.
Ø
Pembentukan
Angkatan Darat/Rikuyun, yang membawahi Sumatera dengan pusat Bukit Tinggi
(Sumatera Barat) yang dikenal dengan tentara ke dua puluh lima dipimpin oleh
Jendral Tanabe.
Ø
Pembentukan
Angkatan Laut/Kaigun, yang membawahi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Irian dengan pusatnya Ujung Pandang (Makasar) yang dikenal dengan
Armada Selatan ke dua dengan nama Minseifu dipimpin Laksamana Maeda.
o
Untuk kedudukan
pemerintahan militer sementara khusus Asia Tenggara berpusat di Dalat/Vietnam.
Ø
Aspek Ekonomi
dan Sosial
o
Pada kedua aspek
ini, Anda akan menemukan bagaimana praktek eksploitasi ekonomi dan sosial yang
dilakukan Jepang terhadap bangsa Indonesia dan Anda bisa membandingkan dampak
ekonomi dan sosial dengan dampak politis dan birokrasi. Hal-hal yang
diberlakukan dalam sistem pengaturan ekonomi pemerintah Jepang adalah sebagai
berikut:
Ø
Kegiatan ekonomi
diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh potensi sumber daya alam dan
bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang. Jepang
menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, Bank dan perusahaan penting. Banyak lahan
pertanian yang terbengkelai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada
ekonomi dan industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan
menurun dan kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis.
Ø
Jepang
menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran
yang sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran
sisa-sisa persediaan barang. Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya
harga barang. Pengawasan perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan sekaligus
memonopoli penjualannya. Pembatasan teh, kopi dan tembakau,
karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan perang. Monopoli tebu dan gula, pemaksaan menanam
pohon jarak dan kapas pada lahan pertanian dan perkebunan merusak tanah.
Ø
Menerapkan
sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan
menunjang kegiatan perang). Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua kekayaan
dikorbankan untuk kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat
baik fisik maupun material.
o
Pada tahun 1944,
kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga tuntutan akan
kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk mengatasinya pemerintah
Jepang mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara
besar-besaran melalui Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta
instansi resmi pemerintah. Dampak dari kondisi tersebut, rakyat dibebankan
menyerahkan bahan makanan 30% untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40%
menjadi hak pemiliknya. Sistem ini menyebabkan kehidupan rakyat semakin sulit,
gairah kerja menurun, kekurangan pangan, gizi rendah, penyakit mewabah melanda
hampir di setiap desa di pulau Jawa salah satunya: Wonosobo (Jateng)
angka kematian 53,7% dan untuk Purworejo (Jateng)
angka kematian mencapai 224,7%. Bisa Anda bayangkan bagaimana beratnya
penderitaan yang dirasakan bangsa Indonesia pada masa Jepang (bahkan rakyat
dipaksa makan makanan hewan seperti keladi gatal, bekicot, umbi-umbian).
Ø
Aspek Kehidupan
Militer
o
Pada aspek
militer ini, Anda akan memahami bahwa badan-badan militer yang dibuat Jepang
semata-mata karena kondisi militer Jepang yang semakin terdesak dalam perang
Pasifik.
o
Memasuki tahun
kedua pendudukannya (1943),
Jepang semakin intensif mendidik dan melatih pemuda-pemuda Indonesia di bidang
militer. Hal ini disebabkan karena situasi di medan pertempuran (Asia –
Pasifik) semakin menyulitkan Jepang. Mulai dari pukulan Sekutu pada pertempuran
laut di Midway (Juni 1942) dan sekitar
Laut Karang (Agustus ’42 – Februari 1943). Kondisi tersebut diperparah dengan
jatuhnya Guadalacanal yang
merupakan basis kekuatan Jepang di Pasifik (Agustus 1943).
o
Situasi di atas
membuat Jepang melakukan konsolidasi kekuatan dengan menghimpun kekuatan dari
kalangan pemuda dan pelajar Indonesia sebagai tenaga potensial yang akan
diikutsertakn dalam pertempuran menghadapi Sekutu.
o
Dampak Positif
dan Negatif Pendudukan Jepang di Indonesia
o
Masa Pendudukan
Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat berpengaruh bagi perkembangan
Indonesia, selain itu hampir tidak adanya tantangan yang berarti kepada Belanda
sebelumnya. Dalam masanya yang singkat itu, Jepang membawa dampak yang positif
dan juga membawa dampak yang negatif bagi bangsa Indonesia pada umumnya. Pada
umumnya kebanyakan beranggapan masa pendudukan Jepang adalah masa-masa yang
kelam dan penuh penderitaan. Akan tetapi tidak semuanya itu benar, ada beberapa
kebijakan pemerintah pendudukan Jepang yang memberikan dampak positif, terutama
dalam pembentukan nasionalisme Indonesia dan pelatihan militer bagi pemuda
Indonesia.
o
Dampak
Positif Pendudukan Jepang
o
Tidak banyak
yang mengetahui tentang dampak positifnya Jepang menduduki Indonesia. Ada pun
dampak positif yang dapat dihadirkan antara lain :
Ø
Diperbolehkannya
bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa komunikasi nasional dan menyebabkan
bahasa Indonesia mengukuhkan diri sebagai bahasa nasional.
Ø
Jepang mendukung
semangat anti-Belanda, sehingga mau tak mau ikut mendukung semangat
nasionalisme Indonesia. Antara lain menolak pengaruh-pengaruh Belanda, misalnya
perubahan nama Batavia menjadi Jakarta.
Ø
Untuk
mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang mendekati pemimpin nasional
Indonesia seperti Soekarno dengan harapan agar Soekarno mau membantu Jepang
memobilisasi rakyat Indonesia. Pengakuan Jepang ini mengukuhkan posisi para
pemimpin nasional Indonesia dan memberikan mereka kesempatan memimpin
rakyatnya.
Ø
Dalam bidang
ekonomi didirikannya kumyai yaitu koperasi yang bertujuan untuk kepentingan
bersama.
Ø
Pembentukan
strata masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu rukun tetangga (RT)
atau Tonarigumi
Ø
Diperkenalkan
suatu sistem baru bagi pertanian yaitu line system (sistem pengaturan
bercocok tanam secara efisien) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi
pangan.
Ø
Dibentuknya
BPUPKI dan PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Dari sini muncullah
ide Pancasila.
Ø
Jepang dengan
terprogram melatih dan mempersenjatai pemuda-pemuda Indonesia demi kepentingan
Jepang pada awalnya. Namun oleh pemuda hal ini dijadikan modal untuk berperang
yang dikemudian hari digunakan untuk menghadapi kembalinya pemerintah kolonial
Belanda.
Ø
Dalam pendidikan
dikenalkannya sistem Nipon-sentris dan diperkenalkannya kegiatan upacara dalam
sekolah.
o
Dampak
Negatif Pendudukan Jepang
o
Selain dampak
positifnya tadi diatas, Jepang juga membawa dampak negatif yang luar biasa
antara lain :
Ø
Penghapusan
semua organisasi politik dan pranata sosial warisan Hindia Belanda yang
sebenarnya banyak diantaranya yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
sosial, ekonomi, dan kesejahteraan warga.
Ø
Romusha,
mobilisasi rakyat Indonesia (terutama warga Jawa) untuk kerja paksa dalam
kondisi yang tidak manusiawi.
Ø
Penghimpunan
segala sumber daya seperti sandang, pangan, logam, dan minyak demi kepentingan
perang. Akibatnya beras dan berbagai bahan pangan petani dirampas Jepang
sehingga banyak rakyat yang menderita kelaparan.
Ø
Krisis ekonomi
yang sangat parah. Hal ini karena dicetaknnya uang pendudukan secara
besar-besaran sehingga menyebabkan terjadinya inflasi.
Ø
Kebijakan self
sufficiency (kawasan mandiri) yang menyebabkan terputusnya hubungan
ekonomi antar daerah.
Ø
Kebijakan fasis
pemerintah militer Jepang yang menyebar polisi khusus dan intelijen di kalangan
rakyat sehingga menimbulkan ketakutan. Pemerintah Jepang bebas melanggar hak
asasi manusia dengan menginterogasi, menangkap, bahkan menghukum mati siapa
saja yang dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata atau anti-Jepang tanpa
proses pegadilan.
Ø
Pembatasan pers
sehingga tidak ada pers yang independen, semuanya dibawah pengawasan Jepang.
Ø
Terjadinya
kekacauan situasi dan kondisi keamanan yang parah seperti maraknya perampokan,
pemerkosaan dan lain-lain.
Ø
Pelarangan terhadap
buku-buku berbahasa Belanda dan Inggris yang menyebabkan pendidikan yang lebih
tinggi terasa mustahil.
Ø
Banyak guru-guru
yang dipekerjakan sebagai pejabat-pejabat pada masa itu yang menyebabkan
kemunduran standar pendidikan secara tajam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebelum Jepang menjajah ada negara Belanda yang menjajah. Namun
penjajahan oleh negara Jepang terasa lebih kejam karena Jepang bisa mencuri
perhatian dan kepercayaan rakyat Indonesia. Padahal penjajahan oleh negara
Jepang menimbulkan banyak kerugian bagi bangsa Indonesia dibandingkan
keuntungannya. Namun pada akhirnya bangsa Indonesia dapat memproklamasikan
kemerdekaannya.
B. Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia harus dapat memehami peristiwa sejarah
yaitu mengenai Penjajahan Jepang di Indonesia. Selain itu agar kita tetap
menjaga dan melestarikan sumber kekayaan alam seperti rempah-rempah dan yang
lainya, yang mana dahulu bangsa Jepang memonopilinya.
Kritik dan saran penulis harapkan demi kelancaran penilisan berikutnya
karena pada penulisan makalah ini tak luput dari kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
http://jhonmiduk8.blogspot.com/2014/06/makalah-pendudukan-jepang-di-indonesia.html
http://yangterdi.blogspot.com/2013/04/sejarah-jepang-masuk-ke-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar